Aktivitas mudik Lebaran selalu membutuhkan tenaga ekstra. Situasi serupa pun nyatanya dialami para majikan yang ditinggal mudik PRT mereka.
MUDIK sudah menjadi tradisi sebagian besar umat Islam di Indonesia. Biasanya, aktivitas itu dilakukan menjelang datangnya Idul Fitri.
Bagi pemudik, tentu sangat jelas terlihat kesibukan yang dialami baik menjelang maupun pada saat aktivitas itu dilakukan. Tapi, bagaimana kesibukan mereka yang tidak ikut menjalankan tradisi tersebut?
Ternyata jawabannya pun setali tiga uang. Bahkan, mereka yang tetap tinggal di Ibu Kota bisa jadi disergap oleh kesibukan yang jauh lebih besar ketimbang para pemudik itu sendiri.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kesibukan mereka yang memilih untuk tidak mudik adalah kepulangan para pembantu rumah tangga ke desa masing-masing. Dampak dari mudik pembantu rumah tangga (PRT) itu malahan kerap kali menimbulkan suasana kalang kabut di tengah keluarga yang ditinggalkan.
Betapa tidak. Jika sebelumnya seluruh pekerjaan rumah dipercayakan kepada para PRT itu, kini Anda sebagai sang majikan yang harus mengerjakan sendiri tanpa asisten yang membantu pekerjaan Anda.
Kerepotan membereskan pekerjaan rumah tangga pasti akan bertambah jika Anda juga ikut merayakan momentum akbar tersebut. Sebab, selain mesti membagi waktu antara membereskan rumah, Anda juga disibukkan dengan kegiatan bersilaturahim ke sanak keluarga.
Tak mengherankan jika perubahan rutinitas yang terjadi mendadak dan bertepatan dengan perayaan Lebaran kerap mengundang kepanikan tersendiri. Bahkan tak sedikit orang yang mengaku stres menghadapi situasi tersebut.
Dituntut kreatif
Seharusnya situasi tegang akibat arus mudik para PRT itu tidak perlu terjadi. Sebab itu merupakan situasi yang kerap berulang setiap tahunnya. Anda hanya dituntut lebih sabar dan kreatif.
Misalnya, dalam situasi yang serba tidak memungkinkan untuk memasak sendiri santapan bagi anggota keluarga Anda. Bisa saja Anda menengok peluang untuk membeli makanan jadi dari restoran langganan Anda. Atau, memanfaatkan jasa PRT cadangan.
Diketahui, fenomena 'kekisruhan' yang muncul akibat ketiadaan PRT dibaca pula oleh jasa penyedia PRT atau pengasuh bayi (baby sitter). Mereka pun lantas menyediakan jasa inval. Jasa itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atas PRT.
Sejumlah tenaga PRT disiapakan untuk bekerja justru di saat-saat mayoritas PRT lainnya mudik. Lazimnya untuk menggunakan jasa PRT inval ini Anda akan dikenakan biaya sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu per hari. (S-8)
redaksi@mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar